27 Maret 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 

Nama CGP                : Khustyawan Eka Putra Handana

Instansi                       : SDN 2 Pasi

CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN LAMONGAN

 

Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

1.      Pengalaman Materi yang Diperoleh

Coaching didefinisikan sebagai sebuah sumber kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Ada 3 prinsip coaching yaitu asas kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus seorang coach kuasai adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Identifikasi, Rencana dan Tanggung Jawab.

Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Esensi supervise akademik itu sama sekali bukan menilai untuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Ada 3 tahapan dalam melakukan supervise, yakni pra observasi (perencanaan), observasi (Pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).

2.      Emosi yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar

Saya merasakan sebelum pembelajaran modul 2.3 adalah cemas karena dari nama “coaching” tersebut saya masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu yag sangat rumit. Setelah mempelajari modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari dan mengimplementasikan Teknik coaching ini. Saya sangat senang saat berkolaborasi dengan rekan-rekan saya dalam melaksanakan praktik coaching baik diruang kolaborasi maupun demontrasi kontekstual. Lalu selanjutnya saya merasa optimis mengimplementasikan semua yang saya pelajari dimodul 2.3

3.      Keterlibatan dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar mengajar, yang sudah baik dirasakan dalam melibatkan diri adalah sudah mampu berkolaborasi dengan rekan sesame CGP saat mempraktikkan proses coaching baik sebagai coach, coachee dan pengamat. Saya juga melibatkan diri dari setiap diskusi yang dilakukan terkait modul 2.3 ini.

4.      Yang Perlu Diperbaiki Terkait Keterlibatan Pembelajaran

Kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot merupakan hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan coaching. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permaslahan coachee dan tentunya akan membantu coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

5.      Keterkaitan Terhadap Kompetensi dan Kematangan Diri Pribadi

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan pribadi setelah mempelajari modul 2.3, tentunya saya dapat memanajemen diri dari segala asumsi-asumsi yang biasanya timbul di benak saya saat ada rekan atau murid Ketika mengeluhkan permasalahan. Saya juga sudah mulai berlatih coaching TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan dengan RASA.

Analisis Untuk Implementasi dalam Konteks CGP

1.      Memunculkan Pertanyaan Kritis yang Berhubungan dengan Konsep Materi dan Menggalinya Lebih Jauh

Bagaimana prinsip coaching ini diterapkan dalam supervisi akademik sekolah ?

Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan yang seharusnya menguasai Teknik coaching dalam melakukan supervise akademik. Supervise seharusnya tidak hanya menilai penampilan guru saja, namun juga menggali potensi profesionalitas dari seorang guru. Tujuan supervisi harus jelas dengan melakukan percakapan sebelum observasi (pra observasi). Selama observasi, supervisor harus menilai sesuai data sehingga menimbulkan refleksi yang bermakna setelah observasi (pasca observasi).

2.      Mengolah Materi yang Dipelajari dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (insight) Baru

Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru harus menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional, bukan hanya aspek kognitif saja. Dengan menguasai kompetensi tersebut, maka supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor dengan Teknik coaching akan meningkatkan kinerja guru dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.

3.      Menganalisis Tantangan yang Sesuai dengan Konteks Asal CGP (Baik Tingkat Sekolah Maupun Daerah)

Menyeragamkan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik baik dilingkungan sekolah maupun daerah menjadi tantangan terberat dalam melakukan supervisi akademik. Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.

4.      Memunculkan Alternatif Solusi Terhadap Tantangan yang Diidentifikasi

Solusi yang dapat ditawarkan adalah :

·         Melakukan sosialisasi mengenai hakikat supervisi akademik yang meningkatkan performa guru

·         Memberikan contoh praktik coaching baik kepada murid maupun rekan sejawat.

Membuat Keterhubungan

1.      Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah, saat itu saya dilihat berbagai perangkat mengajar saya dan diminta untuk praktek mengajar dalam kelas. Saya merasa takut karena saya merasa akan dinilai seperti ujian. Saya diberikan kritik dan saran dalam menyempurnakan perangkat mengajar saya serta praktik mengajar saya.

2.      Penerapan dimasa Mendatang

Supervisi akademik haruslah meningkatkan performa guru dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Supervisi akademik dengan proses coaching menerapkan 3 prinsip yakni asas kemitraan, proses kreatif dan peningkatan potensi.

3.      Konsep atau Praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

·         Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KI Hajar Dewantara, maka guru harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali potensinya jika belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

·         Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan Prakarsa perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan suasana positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran KSE. Dalam KSE terdapat Teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach harus melakukan Teknik mindfulness agar selama proses coaching, coach hadir sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.

4.      Informasi yang Didapat Dari Orang atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar PGP

Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa saya gunakan di luar modul PGP, antara lain :

·         Berbagai media online

·         Praktik baik instruktur

·         Fasilitator

·         PP terutama saat menjalani pendampingan individu

·         Praktik baik rekan guru dalam satu Lembaga

·         Komunitas KKG SD di wilayah. 

08 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.2

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Oleh : Khustyawan Eka Putra Handana, S.Pd

 

Koneksi antar materi di modul 2.2 ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang saya miliki sebelumnya, selama dan sesudah mempelajari modul Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Kita sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran tentunya sering kali memiliki perasaan emosi baik itu marah, sedih, khawatir, kecewa bahkan stress karena banyaknya persoalan yang kita hadapi dalam menjalankan profesi kita sebagai seorang guru. Dalam upaya sebagai guru dalam mengontrol diri kita, maka perlu untuk setiap pendidik memiliki kompetensi sosial emosional yang ada dalam pembelajaran sosial emosional.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional seseorang akan muncul dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia menuju kedewasaan sehingga dalam proses pembelajaran di kelas saya hanya berfokus kepada pencapaian ketuntasan materi pembelajaran yang ada pada kurikulum sekolah. Setelah mempelajari modul ini, ternyata terdapat urgensi implementasi pembelajaran sosial emosional oleh sebab ternyata pembelajaran ini mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih 5 Kompetensi Sosial Emosional melalui 4 indikator yaitu pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan melalui teladan proses belajar dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan  yaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (Well-Being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

1.      Peningkatan 5 kompetensi sosial dan emosional melalui peningkatan perilaku positif

2.      Lingkungan belajar yang suportif dengan ditandai pengurangan perilaku negative

3.      Peningkatan sikap pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah melalui peningkatan performance akademik murid.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah yakni:

a.      Bagi Murid-Murid

Dengan memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan dan melatih KSE sehingga harapannya selain menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, murid juga memiliki pondasi yang kuat dan sukses dalam berbagai area kehidupan mereka diluar akademik termasuk mencapai kesejahteraan prikologis.

b.      Bagi Rekan Sejawat

Berupaya untuk konsisten untuk dapat menjadi teladan, belajar bersama dan berkolaborasi dengan rekan sejawat.

Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Melalui proses kolaborasi ini maka murid, tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah memperoleh ruang dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional sehingga dapat :

a.       Memahami, menghayati dan mengelola emosi (Kesadaran diri)

b.      Menetapkan dan mencapai tujuan positif (Manajemen diri)

c.       Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (Kesadaran Sosial)

d.      Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (Keterampilan berelasi)

e.       Membuat keputusan yang bertanggungjawab (Pengambil keputusan yang bertanggungjawab)

Dengan semikian terdapat kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah saya pelajari dengan modul-modul sebelumnya yakni :

1.      Dengan memilki dan mengimplementasikan 5 KSE yang ada pada PSE maka seseorang pendidik telah berupaya menuntun anak mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sejalan dengan filosofi Pendidikan yang dimiliki oleh KHD.

2.      Guru yang menjalankan nilai dan peran seorang guru penggerak akan bersedia secara mandiri, reflektif, kolaboratif, fan inovatif melakukan pembelajaran sosial emosional sebagai salah satu rekomendasi pembelajaran yang berpihak pad murid.

3.      Melalui implementasi PSE, guru dapat mewujudkan visi yang dimilikinya yakni menumbuhkembangkan profil pelajar Pancasila pada murid-muridnya.

4.      Pembelajaran sosial emosional membantu seluruh komunitas di sekolah dalam memahami dan mengenali diri serta emosi yang dirasakan oleh masing-masing pribadi sehingga secara sadar penuh berupaya mengontrol diri dalam menerapkan budaya positif yang ada disekolah.

5.      Memahami urgensi PSE membantu guru dalam melakukan identifikasi kebutuhan belajar yang dimiliki oleh murid terkait kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

 

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

  PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJAR   OLEH : KHUSTYAWAN EKA PUTRA HANDANA   Menjadi...