03 Mei 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN

SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJAR

 

OLEH : KHUSTYAWAN EKA PUTRA HANDANA

 

Menjadi seorang guru, sering berada dalam situasi dilema rtika maupun moral, dan guru harus bisa membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan juga peraturan yang berlaku. Untuk membuat keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang guru perlu pemahaman pengetahuan dan keterampilan yang mendalam dalam pengambilan tersebut. dalam pengambilan keputusan guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

1.      Bagaimana pandangan KI Hajar Dewantara (KHD) dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Folosofi Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran khususnya “Ing Ngarso Sung Tuladha” yang berarti memberikan tauladan atau contoh. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri handayani.

2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, penulis mengenal ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri. Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

3.      Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ’coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masikah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari penulis saat ini ternyata memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

4.      Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pembimbingan yang telah disampaikan  oleh Fasilitator  dan pengajar praktik.  Saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak pada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang. Dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya. Pentingnya pendekatan coaching dilaksanakan oleh guru. Kerena dalam hal ini sebagai coach harus menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Agar dapat mengambil keputusan dengan baik maka dibutuhkan keterampilan coaching untuk membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan pertanyaan untuk meprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan masalah saat menajdi pemimpin pembelajaran.

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang focus pada masalah moral atau etika Kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimilki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab diperlukan kompetensi sosial emosioanl seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social, dan keterampilan berhubungan sosial. Sehingga keputusan yang diambil berdasarkan kesadaran penuh (minfullnes) dan sadar dengan berbagai pilihan.

6.      Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. 

 

Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat, kesulitannya adalah mengubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa langsung dalam pengambilan keputusan. Kemudian tantangan berikutnya adalah Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan, hambatannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang diambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai moral umum.

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran yang diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik seperti ceramah yang cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran yang mempertimbangkan model pembelajaran yang memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid kita baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya. Menjadi pembelajaran yang berpihak pada murid yang lebih nyaman dan menyenangkan.

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan guru secara tepat dan bijak tentu akan mempengaruhi masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka.

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat diambil dari modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan murid. Filosofi pemikiran pandangan KHD dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya sudah memahami konsep modul 3.1 sehubungan dengan permaslahan yang merupakan dilema etika dan bujukan moral. Ketika menghadapi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan  pola tersebut merupakan 4 paradigma yang dikategorikan : individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka Panjang. kemudian Langkah berikutnya dalam membantu menghadapi pilihan dari dua permasalahan gunakan 3 prinsip pengambilan keputusan : berfikir berbasis akhir, berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli. Untuk memandu dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan di ambiln ada 9 langkah yang dapat dilakukan, dan di luar dugaan saya ternyata Ketika kita menemukan dalam pengujian benar/salah terdapat pelanggaran hukum maka langkah berikutnya tidak dilanjutkan karena hal tersebut sudah meghasilkan keputusan yang yang salah dan tidak bisa dilaksankan uji/Langkah berikutnya

12.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, suatu waktu mengambil keputusan dengan situasi dilemma etika dengan rasa keadilan lawan rasa kasihan, waktu itu saya memutuskan tanpa ada pertimbangan apapun dan hasilnya keputusan tersebut tidak bisa diterima oleh semua pihak, namun untuk sekarang setelah mempelajari modul 3.1 yang harus saya lakukan adalah menganalisa permaslahan yang ada kemudian melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

13.  Apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini saya jadi lebih teliti mengidentifikasi setiap permasalahan yang di hadapi, kemudian dalam mengambil keputusan, gunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang pemimpin, baik pemimpin dalam suatu lembaga atau pemimpin pembelajaran, mempelajari modul ini sangatlah penting, dalam modul ini sudah dipersiapakan dengan detail.  Di mana keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.

 

27 Maret 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 

Nama CGP                : Khustyawan Eka Putra Handana

Instansi                       : SDN 2 Pasi

CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN LAMONGAN

 

Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

1.      Pengalaman Materi yang Diperoleh

Coaching didefinisikan sebagai sebuah sumber kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Ada 3 prinsip coaching yaitu asas kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus seorang coach kuasai adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Identifikasi, Rencana dan Tanggung Jawab.

Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Esensi supervise akademik itu sama sekali bukan menilai untuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Ada 3 tahapan dalam melakukan supervise, yakni pra observasi (perencanaan), observasi (Pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).

2.      Emosi yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar

Saya merasakan sebelum pembelajaran modul 2.3 adalah cemas karena dari nama “coaching” tersebut saya masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu yag sangat rumit. Setelah mempelajari modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari dan mengimplementasikan Teknik coaching ini. Saya sangat senang saat berkolaborasi dengan rekan-rekan saya dalam melaksanakan praktik coaching baik diruang kolaborasi maupun demontrasi kontekstual. Lalu selanjutnya saya merasa optimis mengimplementasikan semua yang saya pelajari dimodul 2.3

3.      Keterlibatan dalam Proses Belajar

Dalam proses belajar mengajar, yang sudah baik dirasakan dalam melibatkan diri adalah sudah mampu berkolaborasi dengan rekan sesame CGP saat mempraktikkan proses coaching baik sebagai coach, coachee dan pengamat. Saya juga melibatkan diri dari setiap diskusi yang dilakukan terkait modul 2.3 ini.

4.      Yang Perlu Diperbaiki Terkait Keterlibatan Pembelajaran

Kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot merupakan hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan coaching. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permaslahan coachee dan tentunya akan membantu coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

5.      Keterkaitan Terhadap Kompetensi dan Kematangan Diri Pribadi

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan pribadi setelah mempelajari modul 2.3, tentunya saya dapat memanajemen diri dari segala asumsi-asumsi yang biasanya timbul di benak saya saat ada rekan atau murid Ketika mengeluhkan permasalahan. Saya juga sudah mulai berlatih coaching TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan dengan RASA.

Analisis Untuk Implementasi dalam Konteks CGP

1.      Memunculkan Pertanyaan Kritis yang Berhubungan dengan Konsep Materi dan Menggalinya Lebih Jauh

Bagaimana prinsip coaching ini diterapkan dalam supervisi akademik sekolah ?

Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan yang seharusnya menguasai Teknik coaching dalam melakukan supervise akademik. Supervise seharusnya tidak hanya menilai penampilan guru saja, namun juga menggali potensi profesionalitas dari seorang guru. Tujuan supervisi harus jelas dengan melakukan percakapan sebelum observasi (pra observasi). Selama observasi, supervisor harus menilai sesuai data sehingga menimbulkan refleksi yang bermakna setelah observasi (pasca observasi).

2.      Mengolah Materi yang Dipelajari dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (insight) Baru

Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru harus menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional, bukan hanya aspek kognitif saja. Dengan menguasai kompetensi tersebut, maka supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor dengan Teknik coaching akan meningkatkan kinerja guru dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.

3.      Menganalisis Tantangan yang Sesuai dengan Konteks Asal CGP (Baik Tingkat Sekolah Maupun Daerah)

Menyeragamkan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik baik dilingkungan sekolah maupun daerah menjadi tantangan terberat dalam melakukan supervisi akademik. Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan performa guru.

4.      Memunculkan Alternatif Solusi Terhadap Tantangan yang Diidentifikasi

Solusi yang dapat ditawarkan adalah :

·         Melakukan sosialisasi mengenai hakikat supervisi akademik yang meningkatkan performa guru

·         Memberikan contoh praktik coaching baik kepada murid maupun rekan sejawat.

Membuat Keterhubungan

1.      Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah, saat itu saya dilihat berbagai perangkat mengajar saya dan diminta untuk praktek mengajar dalam kelas. Saya merasa takut karena saya merasa akan dinilai seperti ujian. Saya diberikan kritik dan saran dalam menyempurnakan perangkat mengajar saya serta praktik mengajar saya.

2.      Penerapan dimasa Mendatang

Supervisi akademik haruslah meningkatkan performa guru dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Supervisi akademik dengan proses coaching menerapkan 3 prinsip yakni asas kemitraan, proses kreatif dan peningkatan potensi.

3.      Konsep atau Praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

·         Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KI Hajar Dewantara, maka guru harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali potensinya jika belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

·         Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan Prakarsa perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan suasana positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran KSE. Dalam KSE terdapat Teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach harus melakukan Teknik mindfulness agar selama proses coaching, coach hadir sepenuhnya dalam semua sesi tersebut.

4.      Informasi yang Didapat Dari Orang atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar PGP

Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa saya gunakan di luar modul PGP, antara lain :

·         Berbagai media online

·         Praktik baik instruktur

·         Fasilitator

·         PP terutama saat menjalani pendampingan individu

·         Praktik baik rekan guru dalam satu Lembaga

·         Komunitas KKG SD di wilayah. 

08 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.2

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Oleh : Khustyawan Eka Putra Handana, S.Pd

 

Koneksi antar materi di modul 2.2 ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang saya miliki sebelumnya, selama dan sesudah mempelajari modul Pembelajaran Sosial Emosional (PSE). Kita sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran tentunya sering kali memiliki perasaan emosi baik itu marah, sedih, khawatir, kecewa bahkan stress karena banyaknya persoalan yang kita hadapi dalam menjalankan profesi kita sebagai seorang guru. Dalam upaya sebagai guru dalam mengontrol diri kita, maka perlu untuk setiap pendidik memiliki kompetensi sosial emosional yang ada dalam pembelajaran sosial emosional.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional seseorang akan muncul dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia menuju kedewasaan sehingga dalam proses pembelajaran di kelas saya hanya berfokus kepada pencapaian ketuntasan materi pembelajaran yang ada pada kurikulum sekolah. Setelah mempelajari modul ini, ternyata terdapat urgensi implementasi pembelajaran sosial emosional oleh sebab ternyata pembelajaran ini mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih 5 Kompetensi Sosial Emosional melalui 4 indikator yaitu pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan melalui teladan proses belajar dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan  yaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (Well-Being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

1.      Peningkatan 5 kompetensi sosial dan emosional melalui peningkatan perilaku positif

2.      Lingkungan belajar yang suportif dengan ditandai pengurangan perilaku negative

3.      Peningkatan sikap pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah melalui peningkatan performance akademik murid.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah yakni:

a.      Bagi Murid-Murid

Dengan memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan dan melatih KSE sehingga harapannya selain menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, murid juga memiliki pondasi yang kuat dan sukses dalam berbagai area kehidupan mereka diluar akademik termasuk mencapai kesejahteraan prikologis.

b.      Bagi Rekan Sejawat

Berupaya untuk konsisten untuk dapat menjadi teladan, belajar bersama dan berkolaborasi dengan rekan sejawat.

Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Melalui proses kolaborasi ini maka murid, tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah memperoleh ruang dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional sehingga dapat :

a.       Memahami, menghayati dan mengelola emosi (Kesadaran diri)

b.      Menetapkan dan mencapai tujuan positif (Manajemen diri)

c.       Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (Kesadaran Sosial)

d.      Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (Keterampilan berelasi)

e.       Membuat keputusan yang bertanggungjawab (Pengambil keputusan yang bertanggungjawab)

Dengan semikian terdapat kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah saya pelajari dengan modul-modul sebelumnya yakni :

1.      Dengan memilki dan mengimplementasikan 5 KSE yang ada pada PSE maka seseorang pendidik telah berupaya menuntun anak mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sejalan dengan filosofi Pendidikan yang dimiliki oleh KHD.

2.      Guru yang menjalankan nilai dan peran seorang guru penggerak akan bersedia secara mandiri, reflektif, kolaboratif, fan inovatif melakukan pembelajaran sosial emosional sebagai salah satu rekomendasi pembelajaran yang berpihak pad murid.

3.      Melalui implementasi PSE, guru dapat mewujudkan visi yang dimilikinya yakni menumbuhkembangkan profil pelajar Pancasila pada murid-muridnya.

4.      Pembelajaran sosial emosional membantu seluruh komunitas di sekolah dalam memahami dan mengenali diri serta emosi yang dirasakan oleh masing-masing pribadi sehingga secara sadar penuh berupaya mengontrol diri dalam menerapkan budaya positif yang ada disekolah.

5.      Memahami urgensi PSE membantu guru dalam melakukan identifikasi kebutuhan belajar yang dimiliki oleh murid terkait kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

 

 

22 Februari 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1

OLEH : KHUSTYAWAN EKA PUTRA HANDANA

 

1.     Apa yang anda pahami mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberikan kebebasan pada murid untuk meningkatkan potesi dalam dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran Berdiferensiasi bisa dikatakan juga sebagai pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan murid.

2.     Mengapa kita melakukan Pembelajaran Berdiferensiasi?

a.      Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas

b.     Merespon kebutuhan belajar murid

c.      Lingkungan belajar yang ‘mengundang” murid untuk belajar

d.     Manajemen kelas yang efektif

e.      Penilaian berkelanjutan

3.     Apa saja strategi Pembelajaran Berdiferensiasi?

a.      Diferensiasi Konten (terkait apa yang kita ajarkan pada murid)

b.     Diferensiasi Proses (mengacu pada bagaimana murid memahami materi)

c.      Diferensiasi Produk (terkait bkti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami)

4.     Untuk menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi, guru terlebih dahulu memetakan kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar murid diantaranya adalah :

*    Kesiapan Belajar (Kesiapan belajar/readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru)

*    Minat Belajar (Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat “terlibat aktif” dalam proses pembelajaran)

*    Profil Belajar (merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll)

KONEKSI ANTAR MATERI

Pembelajaran berdiferensiasi, kaitannya dengan Filosofi Pendidikan KHD

Filosofi pembelajaran KHD menegaskan bahwa Pendidikan harus berpihak pada murid. Hal ini selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi, dimana pembelajaran berorientasi kepada kebutuhan murid.

Pembelajaran berdiferensiasi, kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak

Dalam memetakan kebutuhan belajar murid, guru harus memiliki nilai reflektif terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaluinya bersama murid; harus inovatif membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid; harus mampu berkolaborasi dengan murid, sesame guru dan iorang tua untuk mendapatkan informasi tentang karakter belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi, kaitannya dengan Visi Guru Penggerak

Guru penggerak memiliki visi untuk melakukan perubahan positif pada pembelajaran yang berpihak pada murid. Melalui strategi pendekatan Inquiry Apresiatif, guru akan menemukan kekuatan yang dimilikinya untuk mewujudkan Visi tentang murid impiannya.

Pembelajaran berdiferensiai , kaitannya dengan Budaya Positif

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk atmosfer lingkungan yang positif. Lingkungan yang positif terwujud karena adanya budaya positif yang lahir dari disiplin internal dalam komunitas belajar.

06 November 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 1.1

 


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnal adalah majalah yang khusus memuat artikel dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, refleksi merupakan gerakan atau pantulan diluar kesadaran sebagai reaksi suatu hal atau kegiatan yang dating dari luar.

Jurnal refleksi dwimingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan. Jurnal ini menjadi kewajiban yang harus dibuat oleh para CGP.

Kami akan menulis mengenai refleksi kegiatan-kegiatan pelatihan yang sudah kami lalui pada modul 1.1 Tentang Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya berpedoman pada model 4F, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway, yang mencakup: 1)Fact; 2) Feeling; 3) Findings; 4) Future.

 

FACTS (Peristiwa)

Kami mengucapkan syukur alhamdulillah berkat Allah SWT kami dinyatakan lolos untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7. Pada tanggal 20 oktober 2022 CGP Angkatan 7 resmi dibuka oleh Kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim, B.A.,M.B.A dan dirjen GTK melalui zoom yang diikuti CGP Angkatan 7 se Indonesia.

Pembukaan juga diisi oleh Kepala Balai Guru Penggerak. Beliau menyampaikan bahwa selama megnikuti diklat guru penggerak diharap para CGP jangan sampai berhenti ditengah jalan karena Bapak/Ibu adalah guru-guru pilihan. Program guru penggerak juga jangan dijadikan alasan untuk menghambat proses belajar mengajar dikelas.

Pada tanggal 22 oktober 2022 diadakan lokakarya orientasi secara luring pukul 08.00 s.d 16.00 WIB di SMP Negeri 2 Lamongan. Dalam kegiatan ini diundang juga pengawas dan Kepala Sekolah tempat CGP mengajar. Dengan diikutsertakannya Kepala Sekolah dalam lokakarya tersebut sungguh Bahagia dan bangga karena beliau mendapat pemahaman yang mendalam tentang perjalanan Pendidikan Guru Penggerak sehingga diharapkan dapat memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan Pendidikan Guru Penggerak ini dengan baik.

Dalam moment ini kami focus menggali dan memperluas wawasan kami tentang mengenal siapa kami, apa yang belum dan sudah ada pada diri kami serta mengerjakan 5 LK dan mendiskusikannya untuk mendapatkan pemahaman mendalam.

Dengan bimbingan bapak Nur Aziz, Bu Yuli Widdi selaku Pengajar Praktik, kami merasa lokakarya orientasi ini menjadi sangat menyenangkan sehingga waktu yang cukup lama tersebut menjadi tidak terasa. Kegiatan dimulai dari membuat kesepakatan kelas, kemudian mempresentasikan harapan menjadi CGP melalui modle. Beliau juga meminta kami membuat google site sebagai wadah guru penggerak yang nantinya siap berbagi praktik baik bagi guru-guru yang lain.

Mulai 24 oktober 2022 kami mulai belajar mandiri di LMS dengan modul 1.1 Mulai dari Diri. Pada modul ini kami diminta untuk membuat tulisan Reflektif Kritis tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan Harapan dan Ekspektasi setelah mempelajari modul ini.

Pada tanggal 25-26 Oktober 2022 kami eksplorasi konsep (EK) modul 1.1 bersama Fasilitator dan teman-teman CGP melalui ruang virtual. Pada Eksplorasi Konsep kami dibimbing oleh fasilitator untuk berdiskusi memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan dan asas Pendidikan dan menganalisis konsep-konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara berdasarkan pengalaman pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pada tanggal 27-28 Oktober 2022 kami melakukan ruang kolaborasi (RK) untuk berdiskusi dan melalukan presentasi untuk menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.

Pada tanggal 31 oktober 2022 kami melakukan demontrasi kontekstual, kami diminta mendisain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD- “Pendidikan yang Berpihak pada Murid”- sesuai dengan Konteks Diri Sendiri dan Sosial Budaya di daerah asal melalui karya demontrasi kontekstual dalam video, infografis, puisi atau lagu dll).

Pada tanggal 2 November 2022 kami melakukan Elaborasi Pemahaman Bersama Instruktur. Kami bersama Instruktur mengelaborasi pemahaman mengenai refleksi filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Kami melakukan elaborasi pemahaman melalui virtual meeting yang dihadiri oleh kelas besar kami CGP Angkatan 7 kelas 73.

Pada tanggal 3 November 2022 kami melakukan Koneksi Antar Materi, kami diminta untuk membuat kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki hadjaw Dewantara.

Pada tanggal 4 November 2022 kami melakukan Aksi Nyata, kami diminta untuk mendokumentasikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki hadjar Dewantara di kelas dan di sekolah sebagai pusat pengembangan karakter.

FEELING (Perasaan)

Kurang lebih dua minggu menjadi CGP, banyak sekali pengalaman yang diperoleh serta banyak sekali hal yang dirasakan dari sedih, senang, down semua bercampur dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan tugas demi tugas yang ada dalam Program Guru Penggerak.

Banyak ilmu pengetahuan yang saya dapat selama menjalani proses ini, bagaiman menjadi guru baik, bagaimana menuntun anak, berhamba pada anak serta upaya apa yang harus dilakukan. Keseluruhan kegiatan yang ada pada LMS membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang pendidikan sangat jauh dari yang diharapkan dengan tujuan KHD.

KHD menjadi sosok yang wajib menjadi teladan sebagai guru bahwa kita harus bisa memanusiakan manusia, sehingga murid dapat mencapai kodrat alam dan kodrat zaman sehingga anak didik dapat merasakan kebahagiaan dan keselamatan sejati.

FINDINGS (Pembelajaran)

Banyak pembelajaran yang kami dapat dalam mempelajarai modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Kami mendapatkan ilmu-ilmu baru yang diperlukan untuk meningkatkan kompetensi kami sebagai seorang pendidik. Melalui 6 dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara kami merasa mendapat bekal yang luar biasa.

Sebagai seorang pendidik kami harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi Pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.

Anak memiliki kodrat merdeka, merdeka batin adalah Pendidikan sedangkan merdeka lahir adalah pengajaran. Dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Kami harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan minat, bakat, dan kreatifitasnya sebab manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.

Sebagai pendidik kami harus senantiasa berpihak pada anak. Kami harus memandang anak bukanlah kertas yang bisa Digambar sesuai kemauan kami,  karena mereka lahir dengan kodrat yang samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.

Menerapkan budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

FUTURE (Penerapan)

Kami akan melakukan perubahan dalam pembelajaran dikelas, agar tujuan Pendidikan dapat tercapai dengan baik. Kami sadar selama ini kami jauh dari sempurna jika di kaitkan dengan filosofis pemikian Ki Hadjar Dewantara. Pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta suasana belajar yang interaktif, dan menyenangkan di dalam kelas.

Kami sebagai guru memberi kebabasan kepada murid untuk menggali potensi yang dimilikinya serta menuntun menemukan jati dirinya agar kelak menjadi manusia seutuhnya. Memberikan anak budi pekerti yang luhur agar mampu menjadi pribadi yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kami sebagai guru menuntun murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat mereka. Sehingga akan mempermudah mereka dalam mengatasi permasalahan hidupnya dimasa kini ataupun masa yang akan datang.

Lampiran Foto







  

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

  PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJAR   OLEH : KHUSTYAWAN EKA PUTRA HANDANA   Menjadi...